50Kota Advertorial DPRD Kab. Banyuasin Advertorial DPRD Lahat Advertorial HUT ke-153 Kabupaten Lahat Advertorial Meranti Advertorial Pemkab Lahat Advertorial Pemkab Musi Rawas Advertorial Pemko Lubuklinggau Advertorial Pemko Pagar Alam Agam AROSUKA Bank Nagari Bantaeng BAWASLU SUMBAR Bengkalis BENGKULU BI Sumbar Bogor Bukittinggi Dewan Pers Dharmasraya DPRD Bengkalis DPRD Dharmasraya DPRD Kepulauan Meranti DPRD Kota Padang DPRD OKI DPRD Padang DPRD Padang Panjang DPRD Pessel DPRD RI DPRD Solok DPRD SUMBAR FJPI Sumbar HPN 2022 Jakarta Jawa Barat Kab.Dharmasraya Kabupaten Dharmasraya Kabupaten Kepulauan Meranti Kabupaten Lahat Kabupaten Solok KADIN SUMBAR kambang Kayu Agung Kepulauan Meranti Kota Padaang Kota Padang Kota Pagar Alam Kota Pariaman Kota Solok Kotapariaman KPU KPU Sumbar Lampung Lampung Timur lanud Sut Lanud Sud Lanud Sultan Sahrir Lanud Sultan Syahrir Lanud Sultan Syahrir Padang Lanud Sultan Syarir Lanud Sur lanud Sut Limapuluh Kota Liputan Lubuk Linggau Mentawai Meranti Miranti Muba Banyuasin Muratara Musi Rawas Nagari Lurah Ampalu Nasdem Sumbar Nasional Ogan Ilir Ogan Komering Ilir (OKI) OKI Opini Padang Padang Panjang Padang Pariaman Padangpanjang Painan Pariaman Parit malintang PARIWARA Pariwara DPRD Padang Panjang Pariwara Pemkab Solok PARIWARA PT Semen Padang Pasaman Pasaman - Pasaman Barat Pasaman Barat Pasbar Payakumbuh PDAM Padang Panjang Pekanbaru Pemkab Bengkalis Pemkab Lahat Pemkab Solok Pemko Padang Pemko Sawahlunto Pemko Solok Pemprov Sumbar Pemrov Sumbar Penas XVI KTNA Pertamina Pesisir Selatan Pessel PLN PMI Sumbar Polda Bali Polda Sumbar Polri Provinsi Bengkulu PT.ITA PT.Semen Padang PWI PWI Sumbar Redaksi Redaksi 2 Riau Sawahlunto Selat panjang Semen Padang Semen Padang.. Sijunjung SMSI Solok Solok Selatan Sumbar Sumsel sungai sarik TANAH DATAR Tanahdatar TSR III Pemkab Dharmasraya Tua Pejat Tulisan

Dilematis BBM, Jangan Salahkan Pertamina

Oleh: Novrianto.SP

Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas selalu menjadi polemik yang tidak pernah terhenti di lingkungan masyarakat, ujung-ujungnya "mempersalahkan" Pertamina, karena hanya itu yang masyarakat tau.

Untuk itu perlu kiranya masyarakat diberikan pencerahan kalau asumsi tersebut sebenarnya saat kurang tepat, karena kebijakan menyangkut BBM dan Gas bukan kewenangan mutlak Pertamina, tapi kewenangan Mutlak BPH-MIGAS, dan dikendalikan Mentri ESDM, sementara Pertamina hanya bagian penyaluran untuk masyarakat, melalui berbagai keagenan.

Kebijakan BPH migas tersebut juga meliputi bagaimana menggunakan aplikasi untuk dalam pembelian BBM bersubsidi, yang menjadi dilematis bagi masyarakat belum memahami digital, ujung-ujungnya Pertamina juga disalahkan, padahal itu programnya BPH MIGAS, bukan kewenangan Pertamina.

Berbagi aturan yang mengatakan kalau kewenangan mutlak pengaturan penyaluran dan pembagian BBM dan Gas ke berbagai daerah di Indonesia milik BPH MIGAS tertuang diberbagai aturan, dan untuk Pertamina diberikan kewenangan hanya untuk menyalurkan, sesuai quota yang ditentukan BPH Migas.

Berikut berbagai aturan yang menerangkan kewenangan mutlak BBM dan Gas ada ada pada BPH MIGAS, bisa dilihat berdasarkan keputusan di bawah ini:

1.Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang 
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 
133, TLN Nomor 2070); 
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (LN Tahun 1971 
Nomor 76, TLN Nomor 2971); 
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan 
Daerah (LN Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839); 
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan 
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (LN Tahun 
1999 Nomor 72, TLN Nomor 3848); 
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang 
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang 
Pertambangan (LN Tahun 1973 Nomor 25, TLN Nomor 3003); 
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1974 tentang 
Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak 
dan Gas Bumi di Daerah Lepas Pantai (LN Tahun 1974 Nomor 
20, TLN Nomor 3031); 
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang 
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak 
dan Gas Bumi (LN Tahun 1979 Nomor 18, TLN Nomor 3135); 
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1985 tentang Barang 
Yang Digunakan Untuk Operasi Pertambangan Minyak dan Gas 
Bumi (LN Tahun 1985 Nomor 67, TLN Nomor 3311); 
9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1994 tentang Pedoman dan Syarat-syarat Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi (LN 
Tahun 1994 Nomor 64, TLN Nomor 3571); 
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang 
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai 
Daerah Otonom (LN Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 
11. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1988 tanggal 22 Juni 
1988 tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas. 
12. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000 tanggal 23 
Agustus 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode Tahun 
2000 sampai dengan 2004. 
13. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1748 
Tahun 1992 tanggal 31 Desember 1992 tentang Organisasi dan 
Tata Kerja Departemen Pertambangan dan Energi sebagaimana 
telah diubah dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan 
Energi Nomor 169 Tahun 1998 tanggal 17 Pebruari 1998 
tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Listrik 
dan Pengembangan Energi.

Dengan sudah mempelajari berbagai keputusan, maka masyarakat diminta agar jangan mempermasalahkan lagi Pertamina, karena itu bukan kewenangannya, melainkan kewenangan mutlak BPH-MIGAS, dan pengusulan untuk penambahan quota kebutuhan berdasarkan pengajuan kepala daerah, baik Gubernur, Bupati Dan walikota, melalui Dinas ESDM nya, atau badan lainnya agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap BBM dan Gas.

"Intinya Jangan Salahkan lagi Pertamina, KEWENANGAN ada pada BPH-MIGAS"

Penulis:
Pengamat Sosial Kemasyarakatan
Labels:
[facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.