Padang, Lintas Media News
Mantan narapidana terorisme (napiter), Yanto Messi mengajak masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh dengan paham-paham radikalisme dan terorisme, serta melawan informasi atau berita hoaks yang banyak beredar.
Menurut Yanto, hal itu bertujuan untuk menyukseskan pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Pasalnya, tindakan radikalisme dan terorisme bisa memberikan preseden buruk bagi wajah Indonesia dan pesta demokrasi yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali.
"Saya mengajak semua masyarakat bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mari kita sukseskan Pemilu 2024. Mari kita tolak dan hindari isu politik identitas yang bisa menimbulkan perpecahan," kata Yanto saat diwawancarai, Kamis (17/8).
Yanto yang merupakan mantan kader dari organisasi terlarang, Jamaah Islamiyah ini mengingatkan akan bahayanya dampak dari radikalisme dan terorisme. Apalagi, para pemuda pemudi yang sangat mudah terpapar radikalisme dan terorisme.
“Di era teknologi informasi itu penting, medsos juga penting. Tapi yang paling penting jangan terpancing dengan berita hoaks dan propaganda. Untuk mencegah propaganda gerakan radikalisme dan inteoleran, jangan cari perbedaan tapi carilah persamaan,” katanya.
Yanto mengungkapkan, di zaman digital saat ini, masuknya paham teroris menggunakan cara yang halus. Selain doktrin secara langsung, media sosial (medsos) juga digunakan untuk menyebarkan ajaran dan merekrut orang.
”Perlu ada kewaspadaan dan kepedulian kita semua. Agar sikap intoleransi dan radikalisme tidak mudah menyebar dan anak-anak kita tidak sampai terjerumus,” tegasnya.
Selain itu, Yanto juga menekankan agar belajarlah Agama tetapi yang paling penting carilah guru yang benar agar bisa dimintai klarifikasi dan sebagainya. Ingatlah, hubbul wathan minal iman (mencintai tanah air sebagian dari iman).
"Mulanya, saya mengikuti pengajian, yang ternyata ajaran maupun paham yang disebarkan kepada kami salah dan keliru. Intinya jangan grasa-grusu, pelajari terlebih dahulu apa saja informasi yang diterima, jangan ditelan mentah-mentah, mungkin itu pesan dan tips yang ingin saya sampaikan ke masyarakat," katanya.
Untuk itu, Yanto yang ditangkap pada tahun 2020 silam, mengimbau kepada masyarakat agar tak terjerat dan mengalami hal yang pernah ia lakukan dan jalani hingga berujung di penjara. Jangan menjadi sumbu pendek dengan ikut-ikutan, pahami betul apa saja yang diterima dari manapun.
"Yang menyebabkan teorisme itu, diawali dari pemikiran dan ajaran intoleran, serta ideologi yang mudah untuk menyalahkan pihak lain dsn tidak mau menerima perbedaan agama, atau tidak menerima seorang pemimpin yang berbeda agama," ulasnya.
Yanto pun sangat mendukung upaya Polri dalam memberantas para pelaku penyebar radikalisme dan terorisme serta mengajak masyarakat untuk mendukung upaya Polri tersebut, karena terorisme merupakan musuh bersama.
Dikatakan Yanto, pelibatan masyarakat dalam memerangi radikalisme, termasuk yang disebarkan melalui media sosial dan dunia maya menjadi penting, agar mereka paham dan mengerti bahwa kontraradikalisme itu harus digiatkan.
"Karena itu, perlunya peran dari keluarga dan elemen masyarakat untuk aktif memberikan pemahaman. Prinsipnya, perlu kepedulian dari seluruh masyarakat, terhadap lingkungan kita dan keluarga kita agar terhindar dari radikalisme,” pungkas Yanto. (*)