Padang,Lintas Media News
Firdaus Abie, jurnalis senior dan pegiat literasi, memberikan motivasi kepada guru dan pegawai di SMPN 1 Padang untuk memaksimalkan potensi internal dalam pengembangan diri, khususnya menggerakkan literasi di sekolah.
“Modal dasar di sekolah ini sangat besar dan memiliki nilai sejarah yang sangat hebat. Tinggal kemasan dan sedikit sentuhan lagi,” kata Firdaus Abie yang sehari-hari Direktur Posmetro Padang, salah satu koran harian terpercaya di Padang.
Sang jurnalis yang juga pendiri dan menjadi Pembina Bengkel Literasi Rakyat Sumbar, sebuah wadah berhimpun bagi penulis muda (pelajar dan mahasiswa) serta guru, berbagi di sekolah tersebut sejalan dengan Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Lintas Mata Pelajaran (Mapel) di SMPN 1 Padang, Jumat (5/5) siang.
“Bimtek ini sangat penting bagi kami di sekolah. Harapannya, semua komponen di sekolah bisa bergerak serentak dan memiliki satu pandangan yang sama,” kata Kepala SMPN 1 Padang Dewi Anggraini M.Pd.
Dewi Anggraini menyebutkan, materi yang disampaikan Firdaus Abie, tak hanya memberikan cakrawala baru dalam pengembangan literasi di sekolah, tetapi juga memberikan ide-ide segar.
“Ide yang diberikan, rasanya tidak muluk-muluk, tetapi tetap berakar kepada potensi yang ada di sekolah. Selama ini nyaris tak terlihat oleh kita,” katanya sesaat setelah Bimtek.
Materi bertema Icon Sekolah (SMPN 1 Padang) yang disampaikan Firdaus Abie, berangkat dari SWOT-nya terhadap sekolah yang pernah menjadi sekolahnya Bung Hatta, “keunggulan, kelebihan dan peluang yang dimiliki jauh lebih besar dari kekurangan yang ada,” kata Firdaus Abie.
“Nama besar Bung Hatta yang pernah sekolah di sini, menjadi modal yang sangat besar. Sosok Bung Hatta memiliki nilai jual dan jaminan mutu untuk sebuah sekolah,” kata Firdaus Abie yang juga seorang sastrawan ini.
Ia kemudian memetik dua potensi besar di dalam diri Bung Hatta. Beliau sosok yang jujur dan cerdas. Dua sudut itu saja dimaksimalkan, maka akan menghasilkan generasi yang hebat dimasa datang.
Sikap jujur, kata Firdaus Abie, merupakan karakter. Seseorang yang jujur, berangkat dari pemahaman agamanya yang baik.
Kuat ibadahnya. Kecerdasan diperoleh dari kemauan untuk belajar dan mengasah pikiran. Salah satunya melalui bacaan.
“Ketika Bung Hatta pulang dari pendidikan di Belanda, beliau membawa berpeti-peti buku pulang. Buku-buku ditulis dengan bahasa Belanda dan bahasa negara lainnya,” kata penulis novel berbahasa Minang, Indak Talok Den Kanai Ati, ini.
Ia kemudian membeberkan, jika seseorang jujur dan cerdas, maka orang tersebut diyakini akan memiliki prinsip hidup. Ia tidak akan menipu, tidak akan korupsi dan tidak akan ragu dalam berpikir serta bertindak yang merugikan orang lain.
Firdaus Abie menawarkan, ketiga hal tersebut (jujur, cerdas, punya prinsip) dengan sebutan Tiga Langkah Hebat. Fokusnya pada penguatan nilai keagamaan, penguatan nilai keminangkabauan, dan meningkatkan kecerdasan melalui bacaan dengan konsep memberikan bacaan,
“memaksakan” bacaan dan mengevaluasi bacaan pelajar tersebut.
“Tetap harus ada evaluasi sebagai tolok ukur untuk melihat capaian program yang dilakukan,” kata ayah dua anak yang sudah menulis sekolah di bangku sekolah.
Di sisi lain, Firdaus Abie mengingatkan, pelaksanaan kegiatan tersebut harus diawali dengan satu prinsip yang sama. Semua kegiatan di SMPN 1 Padang harus terintegrasi pada program tersebut dan semua komponen di sekolah (kepala sekolah, guru dan pegawai) sama-sama bertanggungjawab kepada program tersebut.
“Jangan hanya menjadi tanggungjawab guru bahasa atau guru yang ditunjuk,” katanya mengingatkan.
Program tersebut, kata Firdaus Abie yang turut merintis Padang Ekspres, Padang TV, dan Harian Umum Rakyat Sumbar, ditujukan agar semua Mapel terintegrasi ke sana. Semua masalah di sekolah, juga harus diintegrasikan ke program tersebut. Apa pun bentuk pencapaian, juga terintegrasi ke sana. Terhadap hal tersebut, Ia memberikan beberapa contoh dan langkah konkritnya.
Langkah konkrit tersebut diapresiasi guru dan pegawai. Mereka menilai, langkahnya tidak rumit. Sangat simpel dan diyakini sangat mudah untuk diaplikasikan.
“Nanti ide ini akan kita rumuskan detailnya sebelum dilaksanakan, sehingga ketika dimulai, semuanya sudah mendekati sempurna,” kata Dewi Anggraini.
Kegiatan lain yang ditawarkan, adanya buku balega di kelas, memaksimalkan perpustakaan sekolah, perpustakaan kelas, infak buku, menghadirkan ruangan atau sudut-sudut baca di sekolah, mendirikan sanggar menulis, bimbingan menulis kepada siswa dan guru.
“Sekolah ini juga beruntung karena memiliki Kepsek berlatar belakang guru bahasa Indonesia,” kata Firdaus Abie sembari menyebutkan, Ia mengenal Dewi Anggraini saat masih Kepala SMPN 10 Padang.
Ketika itu, Firdaus Abie melanjutkan, beliau membenahi perpustakaan sehingga menjadi tempat favorit yang dikunjungi pelajar di sekolah tersebut. Termasuk menghadirkan perpustakaan digital, sehingga pelajar sekolah tersebut bisa meminjam dan baca buku tanpa harus datang ke perpustakaan, cukup melalui android yang dimiliki.
Terhadap hal tersebut, ketika itu Dewi Anggraini menyebutkan, dirinya bersama guru dan pegawai melakukan hal tersebut karena tuntutan zaman. Pelajar hari ini sudah menggunakan android.
Setelah di SMPN 10 Padang, Dewi Anggraini dipercaya menjadi Kepala SMPN 9 Padang. Salah satu fokusnya juga meningkatkan pengembangan literasi di sekolah, tapi beliau tak lama di sekolah yang berada di Air Camar tersebut. Kurang setahun, lalu dipercaya menjadi Kepala SMPN 1 Padang. (*)