Bukittinggi, Lintasmedianews.com
Untuk mengevaluasi dan membahas akselerasi penanganan Tubercolosis (TBC), Pjs Wali Kota Bukittinggi, H. Hani Syopiar Rustam menggelar rapat bersama Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, di BCC Balaikota, Rabu(13/11).
Dalam kegiatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Bukittinggi Linda Faroza, menyampaikan, hingga November 2024, terdapat 735 penderita positif TBC dari 3606 warga yang discreening. Dari jumlah itu, terdapat 588 yang telah terobati dan 147 yang belum memulai pengobatan.
Linda mengungkapkan, Puskesmas harus melakukan penjaringan terhadap kontak erat penderita TB 1 berbanding 20 artinya dengan 1 orang penderita harus di lakukan 20 orang yang perkontak dengan penderita TB. Mereka yang termasuk belum memulai pengobatan, segera dilakukan pengobatan.
Menurutnya Dinkes telah memiliki tim pemantauan makan obat di puskesmas pada wilayah kerja masing masing. Hal ini Karena pasien TBC harus mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter dan makan makanan yang bergizi.
Pjs Wali Kota Bukittinggi, H. Hani Syopiar Rustam mengatakan, Intensitas penanggulangan TB harus ditingkatkan, termasuk sosialisasi, edukasi kepada masyarakat, bagaimana bahaya TB dan penularannya. Ia juga sangat mengapresiasi upaya penurunan TB di Kota Bukittinggi.
“Harus ada aksi nyata kita, agar masyarakat tahu bahaya TB. Harus ada upaya nyata kita untuk penanggulaan dan pencegahan TB ini,” tegasnya.
DKK dan Puskesmas beserta jajarannya diajak untuk segera turun ke lapangan untuk memberikan layanan kesehatan door to door, khususnya bagi penderita TB, untuk memastikan rutinitas minum obat. Hani menyebutkan, DKK berserta Puskesmas harus lakukan penyuluhan atau pemahaman kepada masyarakat yang kontak erat dengan penderita TB ini, untuk meminimalisir penyebarannya.
“Segera kita laksanakan turun ke lapangan layanan door to door, kita himbau mereka untuk rutin meminum obat agar lepas dari penyakit TB. TB bukan lah penyakit yang menakutkan, TB dapat disembuhkan, kita rubah paradigma masyarakat kita tentang penyakit ini. Optimalisasi pemantauan pengobatan dan pencegahan penyebaran TBC ini harus dilakukan,” imbuhnya (Sandra).