Padang,Lintas Media News
Panggung Ekspresi ke 3 yang digelar Forum Perjuangan Rumah Seniman Budayawan (F-PRSB) Sumbar, di Pelataran parkir depan Taman Budaya, 13/2 kemaren ramai dikunjungi kaum milenial dibanding sebelumnya. Selain penyanyi kocak Edi Cotok yang tampil bersama si Lepoh, dengan guyonnya juga Kelompok Seni Kuliek UNP tampil dengan entertaint art yang memukau. Selain penyair nasional Syarifuddin Arifin dengan orasinya yang bertajuk "Siapa Yang Hendak Siapa Yang Cemas?"
Dalam Orasi Budayanya, Syarifuddin Arifin mengatakan kesenian dan senimannya bukan seonggok sayur yang layu bila kepanasan. Karena, tambahnya justru memperkuat nilai-nilai kemanusiaan yang filosofis dan tata kehidupan masa kini dan akan datang. Seni budaya adalah peraut tatanan kehidupan, karenanya pemerintah berkewajiban menjaga nilai-nilai ini. Jangan sampai kebudayaan kita, Minangkabau jadi layu dan menunduk bila berhadapan dengan kebudayaan daerah lain.
Bila seniman dalam berprosesnya terganggu dengan mengabaikan rumahnya tidak akan melakukan demonstrasi, turun ke jalan. Tidak! Melainkan menyampaikan kekecewaannya di Panggung Ekspresi dan mengadakan diskusi terbuka. Bila ini tidak ditanggapi, bukan tidak mungkin akan terjadi gerakan yang lebih dahsyat dan lebih terbuka.
Lebih jauh Syarifuddin Arifin mengatakan kerja kreatif seniman tidak bisa diukur dan dinikmati secara instan. Seketika langsung jadi. Makanya seni budaya tidak bisa diukur secara ekonomis. Mengutip ekonom Prof. Syafruddin Karimi, kita tidak punya entepreneur yang inovatif. Bimtek atau pelatihan itu tidak perlu. Kini saatnya kita harus bertindak.
Panggung Ekspresi ke 3 malam ini diisi oleh beberapa kelompok, komunitas seni lainnya seperti Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Sakato, Sanggar Tari Cahayo Bundo, Grup Band Mola Dikao dengan MC terkenal Mak Kari, Viveri Yudhi. (rel)