PADANG.Lintas Media News.
PT Semen Padang menggelar webinar dengan tema “Susun Resolusi Keuangan Agar Tidak Menyesal Kemudian", Kamis (27/1/2022). Kegiatan yang digelar secara virtual itu menghadirkan Financial Planner Oneshildt, Budi Raharjo sebagai narasumber dan diikuti secara antusias oleh insan Semen Padang Group
Dalam paparannya, Budi Raharjo menyampaikan bahwa resolusi keuangan adalah suatu pernyataan sikap yang ditujukan kepada diri sendiri untuk tujuan positif. Dan resolusi keuangan akan membuat hidup lebih baik dari berbagai aspek.
Tujuan dari resolusi keuangan, yaitu untuk tujuan keuangan yang SMART atau Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time Frame. Maksud dari Specific ini adalah, harus jelas prioritas uangnya untuk apa. Measurable, juga harus jelas nilai kebutuhan dananya. Kemudian Achievable, maksud tujuan keuangannya bisa diraih dengan sumber daya keuangan yang ada. Realistic maksudnya juga jelas dan realistis, jangan untuk konsuntif.
"Sedangkan Time Frame, tujuan keuangan memiliki jangka waktu yang jelas kapan dibutuhkan," kata Direktur dan Senior Partner OneShildt Financial Planning itu.
Ketua Independent Financial Planner Club itu menyampaikan bahwa kemampuan mengelola keuangan akan menentukan kualitas kehidupan ke depan. Bahkan, dirinya juga sering kali menemukan adanya kasus-kasus keuangan yang gagal, meskipun income-nya besar.
"Income besar tapi keuangannya gagal, bahkan ada yang tidak punya aset, disebabkan karena tidak tidak bisa menyusun resolusi keuangan dengan baik, seperti tujuannya tidak realistis, tidak punya rencana tindakan tertulis, tidak dijadikan kebiasaan, tidak memiliki support system, dan tidak dimonitor," kata Financial Planner bersertifikasi CFP® dan QWP® serta AEPP itu.
Budi menyampaikan beberapa tips untuk menyusun resolusi keuangan yang baik. Pertama yang harus dilakukan adalah simulasikan atau hitung berapa nilai aset yang ada, seperti uang tunai, tabungan dan deposito, nilai tunai asuransi, saham, reksadana, emas, rumah tinggal dan perabotannya nilainya berapa, kendaraan dan lain-lain.
Kemudian yang kedua, simulasikan utang yang diiliki seperti kartu kredit, kredit tanpa anggunan, kredit koperasi, kredit rumah, kredit kendaraan dan lain sebagainya "Nah, dari kedua simulasi itu, akan diketahui berapa kekayaan bersih yang kita miliki," ujar dan penulis buku “Mendadak Hemat Saat Kepepet (2015)” itu.
Setelah kekayaan bersih dapat dihitung, kata Budi, maka langkah pertama untuk melakukan resolusi keuangan adalah dengan cara menghitung berapa pemasukan tiap bulan dan berapa biaya pengeluaran tiap bulannya. Untuk menghitung biaya pengeluaran, saat sudah banyak tersedia berbagai aplikasi.
"Dari penghitungan biaya pemasukan dan biaya pengeluaran tiap bulannya, maka kita akan tahu status kesehatan keuangan kita, seperti rasio dana darurat, rasio tabungan kita berapa, dan rasio cicilan utang kita berapa," ujarnya.
Setelah rasio didapat, sebut Budi, kemudian buatlah perencanaan keuangan, karena resolusi tidak lengkap tanpa rencana dan tindakan. Selanjutnya, monitor hasilnya per kuartal. Namun yang paling penting, jadikanlah resolusi keuangan sebagai prioritas paling awal.
"Ini menjadi prirotas setiap menerima uang atau gaji. Dan ini harus menjadi kebiasaan, supaya kondisi keuangan kita sehat. Kalau keuangan sehat, maka akan berdampak baik terhadap spritual kita, emosi kita, fisik kita, termasuk kepada intelektual, keluarga dan karir kita," bebernya.
Terkait dana darurat, Budi menyebut bahwa itu sangat urgent sekali, karena dana darurat merupakan dana yang dialokasikan terpisah untuk menutupi kebutuhan yang sifatnya penting dan mendesak. Jika tidak diatasi akan berdampak signifikan terhadap kualitas atau kelangsungan hidup seseorang.
"Nah, dana darurat ini penting sekali. Karena jika terjadi hal yang mendesak, dan kita sama sekali tidak menyediakan dana darurat, maka keuangan kita semakin memburuk. Dan, yang akan merasakan dampaknya bukan hanya kita sebagai kepala keluarga, tapi juga keluarga kita, terutama istri dan anak-anak kita," tutur Budi.
Menurut survei katadata, hanya 30 persen masyarakat Indonesia memiliki dana darurat. Dari jumlah tersebut, hanya 30 persen yang memiliki dana darurat memadai untuk 6 bulan, dan sisanya hanya memadai untuk 3 bulan, 2 bulan dan bahkan 1 bulan.
Untuk dapat memenuhi dana darurat, Budi menyebut ada tiga langkah yang bisa dilakukan. Pertama, hitung dana darurat yang dibutuhkan. Kedua, simpan dana darurat di instrumen invesitasi likuid dan rendah resiko. Dan ketiga, kumpulkan secara bertahap.
"Dana darurat disisihkan sesuai dengan pendapatan dan pengeluaran. Mulai dari 20 persen dari total pendapatan kita tiap bulan. Kalau status masih lajang, bisa 50 persen dari total pendapatan tiap bulannya," pungkas Budi.
Direktur Keuangan PT Semen Padang Tubagus Muhammad Dharury dalam sambutannya menyampaikan, webinar terkait resolusi keuangan ini adalah bagian dari program perusahaan, untuk memberikan sentuhan terhadap insan Semen Padang Group, termasuk keluarganya tentang cara atau perencanaan mengelola keuangan.
"Untuk itu, kepada karyawan Semen Padang Group, simaklah webinar ini dengan baik dan implementasikan juga ilmu yang disampaikan narasumber ke dalam diri kita, khususnya dalam mengelola keuangan yang tujuannya, untuk masa depan kita dan keluarga," kata Tubagus.
Kepada karyawan Semen Padang Group dan keluarga, Tubagus berpesan jika pendapatan bertambah, jangan diikuti peningkatan gaya hidup, namun utamakanlah bersedekah.
Secara terpisah, Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati mengatakan, webinar terkait resolusi keuangan itu dilaksanakan dalam rangka mengedukasi karyawan untuk pengelolaan keuangan yang baik. "Alhamdulillah webinar ini mendapat respon positif dari insan Semen Padang," kata Anita
Respons positif peserta itu terlihat dari pertanyaan-pertanyaan maupun berbagai komentar positif yang disampaikan.
"Terimakasih atas sharing yang bermanfaat ini," kata R Trisandi Hendrawan, peserta webinar yang juga Kepala Departemen SDM PT Semen Padang.
"Ketampar banget habis join webinar keuangan. Yok bisa yok jangan konsumtif mulu. Bersyukur tidak mengalami sandwich generation tapi harus berusaha dari sekarang biar pasca pensiun jangan sampai nyusahin anak," kutip Wahyu Rosita, peserta lainnya.
Antusiasme peserta juga terlihat dari pertanyaan yang diajukan di antaranya terkait asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, strategi untuk menyiapkan pendidikan anak yang akan masuk kuliah, serta strategi investasi yang cocok di masa sekarang. (*)