Padang, Lintas Media News

Ketua DPRD Sumbar Supardi mengatakan,tidak boleh ada tindakan premanisme yang mengganggu proses pendidikan di Sumbar.

Supardi mengatakan hal itu saat mengunjungi SMA PGAI, Padang,kemaren. Kunjungan tersebut dilakukan untuk memberikan support kepada kepala sekolah, guru dan jajaran staf sekolah tersebut pasca pengeroyokan terhadap kepala sekolah, Yurnalis yang dilakukan oleh belasan preman.

“Aksi premanisme tak boleh punya tempat di provinsi ini. Apalagi sampai mengganggu proses pendidikan. Kejadian ini amat mencoreng dunia pendidikan Sumbar,” tegas Supardi.

Menurut Supardi,pihaknya akan segera meminta Dinas Pendidikan untuk menyelesaikan dan menjembatani masalah itu. Selain itu juga meminta aparat kepolisian memprosesnya sampai selesai.

“Jika memang benar ada masalah di internal yayasan PGAI. Kami yakin yayasan yang sudah cukup tua dan berpengalaman ini bisa bijak dan arif menyelesaikannya di internal yayasan. Sehingga tak kembali terulang peristiwa yang mengganggu pembejaran siswa,” ujarnya.

Didampingi itu,Supardi mengatakan pihaknya akan menyurati dinas pendidikan dan aparat kepolisian.

“Tak boleh ada premanisme mengganggu reses pendidikan. Semua pihak berkewajiban membantu pemerintah yang masih berjuang untuk mengembalikan kejayaan dunia pendidikan provinsi ini,” tegas Supardi.

Supardi mengakui,video pengeroyokan tersebut beredar luas di media sosial. Pengeroyokan dilakukan saat jam sekolah sehingga membuat proses belajar siswa terganggu. Ada yang mentautkan video tersebut ke akun instagram pribadinya. Karena melihat video tersebutlah Supardi mendatangi sekolah itu.

Kepala SMA PGAI, Yurnalis mengatakan aksi premanisme telah terjadi tiga kali. Yang terakhir, 3 November lalu belasan preman datang lalu mengeroyoknya. Ia dipukul, ditendang, dicekik dan tangannya dijepit di pintu sehingga harus dijahit.

Selain itu rumah dinas pemberian yayasan diputus air dan listriknya oleh preman. “Saya ini bukan orang yayasan. Saya PNS yang di SK kan Gubernur untuk jadi kepala sekolah di sini. Saya malu dipermalukan seperti itu di depan siswa dan video juga beredar,” katanya.

Menurut Yurnalis, anaknya juga dipukuli preman itu saat datang ke rumah dinas. Dua guru yayasan pernah pula dicegat dan dilarang datang ke sekolah. (*/st)












 
Top