Payakumbuh,Lintas Media
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)Sumbar Supardi minta, masyarakat untuk mewaspadai penyakit masyarakat (pekat) seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan narkotika pasca pandemi Covid-19.

“Usai Pandemi Covid-19 melanda, terjadilah pergeseran nilai-nilai sosial di tengah masyarakat, sehingga diduga angka penyalahgunaan narkotika dan perilaku menyimpang LGBT pun meningkat. Hal itu harus menjadi perhatian bersama,” kata Supardi saat melakukan penyuluhan keliling bersama  Dinas Sosial  di Payakumbuh , Rabu (7/9/2022).

Politikus Partai Gerindra ini juga menjelaskan.Tahun 2022 merupakan masa peralihan usai pandemi covid melanda. Dua tahun lalu, masyarakat hidup dalam pembatasan secara sosial hingga ekonomi.

Supardi menilai, dampak dari pergeseran sosial di Sumbar mempengaruhi tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan, sehingga kenakalan remaja pun ikut diprediksi ikut bertambah.
Tak hanya itu, lanjut Supardi, penyalahgunaan narkotika dan LGBT sangat menjadi sorotan, secara statistik angkanya cenderung naik pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, termasuk Payakumbuh.

“Ranah Minang memiliki falsafah Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), miris bila tingkat perilaku menyimpang seperti LGBT tinggi di daerah ini. Jangan biarkan perilaku menyimpang tersebut berkembang baik di Kota Payakumbuh, maupun di Sumbar umumnya,” imbuhnya.

Pria kelahiran Kota Payakumbuh ini menyebutkan, ada hal yang lebih bahaya mengancam kelangsungan generasi muda dari bahaya narkotika, yaitu menghisap lem.

Menurut Supardi,Praktek ini cukup berkembang pada setiap daerah, lantaran mendapatkan barang tersebut cukup mudah dan harganya pun terjangkau. Meski demikian, kerusakan yang ditimbulkan 10 kali lipat dari kerusakan pengguna narkoba.

“Karena lem belum diatur pada sumber hukum kita, maka penggunaannya belum bisa diproses secara hukum,” jelas Supardi.

Disamping itu,  terjadi pula banyak dinamika sosial pasca Covid-19. maka dari itu harus diantisipasi dengan cara membuka forum masyarakat melalui penyuluhan sosial.Ujar Suardi.

Hal ini juga diakomodir oleh Dinsos Sumbar dan Kota Payakumbuh, usai penyuluhan selesai maka masyarakat ini yang menjadi garda terdepan, dalam menekan angka kenakalan remaja.

“Penangan penyakit masyarakat di daerah berbeda-beda, maka dari itu sasaran dari penyuluhan harus jelas,” tegas Supardi. 

Akhir penyuluhan keliling tersebut, Supardi mengatakan adanya kecenderungan peningkatan level stres dan amarah yang dirasakan masyarakat karena berbagai kondisi yang telah terjadi, terutama generasi muda. Hal inilah yang disinyalir menjadi salah satu penyebab terjadinya tawuran pelajar Kota Padang baru-baru ini.(**)
 
Top