PADANG.Lintas Media News.
Mengolah ubi talas menjadi oleoh-oleh khas Sumatera Barat, Delriwanita, juragan Keripik Balado Fadhila di Jalan Baringin, No 2, Lolong, Kota Padang, sukses mengantarkan ketiga buah hatinya menggapai cita-citanya.

"Ketiga anak saya perempuan. Alhamdulillah, anak saya yang besar dan nomor dua sudah sarjana dan bekerja di Jakarta. Sedangkan si bungsu masih kuliah di Kedokteran Unand," kata Delriwanita saat ditemui media ini di toko oleh-oleh Keripik Balado Fadillah miliknya, Rabu, 24 Juni 2020 siang.

Juragan oleh-oleh khas Ranah Minang berusia 54 tahun itu juga mengatakan bahwa usaha Keripik Balado Fadillah ini dimulai pada tahun 1991. Dan itu, berawal dari tuntutan ekonomi yang memaksa dirinya harus banting tulang untuk membantu suami dalam memenuhui kebutuhan keluarga.

Apalagi ketika itu, pendapatan suami yang bekerja sebagai sopir di Toko Tamu, Jalan Permindo, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi sebagian gaji suaminya harus ditabung untuk biaya kontrakan rumah. Ia pun kemudian berinisiatif untuk jualan lontong. "Saya jualan lontong dari 1991 sampai medio 2005," ujarnya.

Dari jualan lontong inilah Delriwanita memulai mengolah ubi talas menjadi keripik. Dan itu, berawal ketika dia pulang kampung ke Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Saat itu sekitar tahun 2004, Ia membeli ubi talas untuk dibawa ke Padang. Ubi itu kemudian diolahnya menjadi keripik balado.
Ubi talas yang telah dijadikan keripik itu lalu dijual di warung lontongnya. Rupanya, keripik yang diproduksinya laku keras. Bahkan, beberapa pengunjung menyarankan agar ia memproduksi keripik balado lebih banyak lagi agar bisa dijual ke warung-warung.

Dengan senang hati, Delriwanita yang didukung suaminya, kemudian memproduksi keripik balado dalam jumlah banyak untuk dipasarkan ke warung-warung sekitar Lolong, termasuk ke beberapa pusat oleh-oleh di Kota Padang seperti Kristine Hakim, Rohana Kudus dan beberapa toko di Padang.

"Usaha keripik balado saya berkembang pesat. Bahkan agar saya fokus memproduksi keripik balado, saya pun memutuskan untuk berhenti jualan lontong. Hingga sekarang, saya sudah memproduksi aneka jenis keripik balado. Semua keripik yang saya produksi, bahan  dasarnya berasal dari ubi talas," bebernya.

Jadi mitra binaan CSR
Di tengah usaha keripik baladonya berkembang, duka pun mendera Delriwanita di tahun 2007. Ketika itu, suaminya bernama Rosman meninggal dunia karena sakit. Tentunya, hidup tanpa didampingi sang suami membuat dirinya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ketiga anaknya yang masih sekolah. Kerja kerasnya itu tidak sia-sia. Usaha keripik baladonya semakin laku di pasaran.
Semakin tingginya permintaan pasar, membuat dirinya harus membutuhkan banyak modal. Pada tahun 2010, ia pun mengajukan permohonan pinjaman modal usaha ke CSR Semen Padang. Gayung pun bersambut.

 Permohonannya dipenuhi dan Delriwanita pun kemudian mengembangkan usahanya dengan memproduksi berbagai jenis oleh-oleh lainnya.
Di antaranya, keripik kentang, keripik singkong, keripik bawang dan arai piang, hingga memproduksi berbagai jenis randang dan cake. Terbaru, katanya, ia memproduksi berbagai jenis sambal lado.

 "Alhamdulillah, sambal lado yang saya produksi rupanya juga laku di pasaran," bebernya.

Ia pun menuturkan ada sembilan jenis sambal lado yang diproduksi. Rinciannya, sambal lado hati ampela, lado tarasi, lado jengkol, lado tongkol, lado cumi, lado tanak, lado hijau teri patai, lado bawang dan lado ekstra pedas. "Sambal lado yang saya produksi dijual  dalam bentuk kemasan dan tahan hingga satu minggu," ungkapnya.

Bagi Delriwanita, menjadi mitra binaan CSR Semen Padang tentu banyak keuntungannya. Di antaranya, mendapat pinjaman modal usaha dengan bunga rendah, mendapat pelatihan tentang manajemen pengelolaan usaha, mendapat fasilitas berupa promosi di pelbagai pameran di Sumateta Barat maupun di luar Sumatera Barat.

"Selain diikutkan pameran, saya pun juga diberikan fasilitas pemasaran di outlet Gallery Balanjo milik CSR Semen Padang. Bahkan semua jenis produk oleh-oleh khas Sumatera Barat yang saya produksi, dijual di Gallery Balanjo. Alhamdulillah, sejak jadi binaan CSR Semen Padang, usaha saya terus maju dan berkembang. Bahkan dalam sembulan, omset saya mencapai Rp30 juta," katanya.

Survive di tengah wabah Covid-19
Saat ini, kata Delriwanita. melanjutkan, hampir semua pendapatan pengusaha oleh-oleh 'terjun payung' karena wabah Covid-19 yang berdampak kepada pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membuat ekonomi masyarakat menurun. Bahkan beberapa toko oleh-oleh di Sumatera Barat, tidak bisa berbuat banyak.

Kendati begitu, bagi Delriwanita, munculnya wabah Covid-19 hingga pemerintah memberlakukan PSBB sebagai solusi dalam mengendalikan wabah Covid-19, tidak menjadi alasan baginya untuk menyerah begitu saja, apalagi usaha yang telah dijalaninya itu sudah berjalan hingga 15 tahun lamanya.

"Di awal pemberlakuan PSBB, usaha saya sempat merosot, karena pembatasan masyarakat keluar rumah. Tapi saya tidak menyerah. Saya kemudian memanfaatkan aplikasi e-commerce seperti lazada dan shopee untuk menjual  oleh-oleh. Alhamdulillah, saya bisa survive," pungkas Delriwanita.

Sebelumnya, Kepala Unit CSR Semen Padang Muhamad Ikrar mengatakan, Program Kemitraan merupakan salah satu program unggulan CSR Semen Padang, karena program tersebut dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Sumatera Barat.

"Bahkan dari ribuan UMKM yang telah dibina, secara tidak langsung mereka dapat menyerap banyak tenaga kerja," kata Muhamad Ikrar.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati.
PT Semen Padang adalah salah satu perusahaan yang menjadi pionir pengembangan UMKM di Indonesia.

Hal itu dibuktikan jauh-jauh hari sebelum regulasi terkait pembinaan UMKM oleh pemerintah untuk pelaku usaha atau BUMN, PT Semen Padang sudah membentuk Bapak Angkat Industri Kecil (BAIK) untuk membantu pengembangan UMKM pada 1987. "Program ini konsisten dilakukan PT Semen Padang hingga saat ini," kata Nur Anita.

Sejak tahun 1987, PT Semen Padang telah membina lebih dari 5000 UMKM. Dari jumlah tersebut, sudah banyak yang mandiri dan berkembang. Saat ini jumlah UMKM yang aktif dan masih tercatat sebagai binaan CSR Semen Padang sebanyak 1303 UMKM
Pembinaan yang dilakukan Semen Padang tak hanya membantu modal usaha, namun juga memberikan pelatihan manajemen, promosi dan mengikutkan UMKM pada pameran di dalam dan luar negeri. (*)
 
Top