Lintas Nasional - Industri baja nasional akan mengalami penguatan
struktur manufaktur seiring dengan meningkatnya investasi yang masuk
untuk mendukung program hilirisasi. Langkah ini diyakini bakal mampu
menjadi bagian dari rantai pasok global serta memberikan efek ganda bagi
perekonomian Indonesia melalui peningkatan terhadap nilai tambah dalam
negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan negara dari
ekspor.
“Untuk itu, kami menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada para
pelaku industri yang ingin ekspansi dan investasi baru di Tanah Air.
Apalagi pemerintah terus bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif
serta memberi kemudahan perizinan dan insentif,” kata Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (24/4).
Menanggapi rencana investasi dari Tata Steel Ltd., Menperin
menyampaikan, produsen baja asal India itu melaporkan minatnya
menanamkan modal di Indonesia untuk masuk ke industri hilir kawat baja
atau wire rod. “Mereka sedang survei lokasi dan cek regulasi,”
ungkapnya.
Menurut Airlangga, dana yang bakal digelontorkan perusahaan tersebut
sebesar 60 juta Singapura atau sekitar Rp 632 miliar. “Tata Steel adalah
salah satu pemain besar di berbagai industri, baik otomotif, baja dan
lain-lain. Mereka melihat potensi investasi di Indonesia,” tuturnya.
Beberapa lokasi kawasan industri di dalam negeri yang tengah dijajaki
Tata Steel untuk berinvestasi, di antaranya di Banten dan Jawa Timur.
“Mereka akan melakukan kajian dalam waktu satu bulan ini untuk
mempelajari kemungkinan investasi,” kata Plt. Dirjen Pengembangan
Perwilayahan Industri (PPI) I Gusti Putu Suryawirawan.
Sementara itu, Vice President of Corporate Services Tata Steel Ltd.
Sunil Bhaskaran menjelaskan, pihaknya memang mempertimbangkan opsi
investasi di Indonesia karena merupakan negara dengan ekonomi yang
sedang tumbuh dan banyak pembangunan di sektor infrastruktur.
“Jadi, kami merasa Indonesia merupakan pasar potensial sangat besar di
Asean dan kami ingin melihat bagaimana bisa memiliki representasi di
sini,” ujarnya. Kedatangan Sunil beserta jajarannya ke Kantor
Kementerian Perindustrian, kemarin, sebagai representasi Siam Industrial
Wires, perusahaan baja yang berlokasi di Thailand sebagai bagian dari
Tata Group.
“Kami punya perusahaan di Thailand bernama Siam Industrial Wires. di
mana menjadi salah satu manufaktur terbesar sektor steel wires di Asean.
Perusahaan ini memiliki teknologi dan produk dengan kualitas tinggi.
“Kami punya teknologi yang baik, produk yang baik, dan kami adalah
manufaktur global,” imbuhnya.
Berdasarkan situs resminya, Tata Group terdiri dari 29 perusahaan yang
terdaftar secara publik, termasuk Tata Steel, Tata Motors, Tata Power,
Tata Chemicals, dan lainnya dengan nilai saham sekitar USD103,51 triliun
pada tahun 2016-2017. Sementara itu, Tata Steel memiliki fasilitas
produksi di 26 negara dan kantor perwakilan di lebih dari 50 negara.
Industri baja di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh dengan
rata-rata 6 persen per tahun sampai tahun 2025. Hal ini dipicu oleh
tingginya permintaan bahan baku untuk sektor konstruksi yang tumbuh 8,5
persen, diikuti sektor otomotif yang juga tumbuh 9,5 persen. Rel/ Sheli