Jakarta.Lintas Media News.
Bahas sejumlah isu strategis untuk mengoptimalkan pembangunan daerah, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Supardi beserta Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansarullah, adakan pertemuan dengan perantau Minang di Ibu Kota Jakarta, Selasa (24/5).
Pada pertemuan yang dilaksanakan di Hotel Balairung itu, dihadiri beberapa tokoh Sumbar, salah satunya mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Indonesia Gamawan Fauzi.
” Banyak masukan yang terjaring dari pertemuan ini, tentunya akan menjadi acuan prioritas untuk mengoptimalkan pembangunan daerah dari seluruh aspek,” kata Supardi ketika ditanya usai kegiatan tersebut.
Dia mengatakan, perantau meminta pemerintah provinsi meningkatkan sinergisitas dengan kabupaten/kota untuk menyuksuseskan proyek pembangunan tol Padang-Pekanbaru. Dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah masalah pembebasan lahan, jangan sampai ada lagi oknum-oknum yang memanfaatkan dana ganti rugi untuk dikorupsi.
“‘Kita berharap tidak terulang lagi, koordinasi Pemprov dan Kabupaten/Kota merupakan salah satu bentuk antisipasi,” katanya.
Tidak hanya perihal pembangunan, sektor pendidikan pun tidak luput dari pembahasan, pemerintah daerah harus memikirkan kembali bagaimana untuk meningkatkan kualitas pendidikan Sumbar yang sedikit menurut.
Dahulu daerah kita merupakan percontohan bagi daerah lain dalam hal pendidikan, namun sekarang banyak para pelajar memilih provinsi-provinsi tetangga untuk menuntut ilmu
” Dulunya daerah tetangga dibawah kita sekarang sudah diatas kita, tentunya dibutuhkan kinerja yang lebih optimal untuk mengembalikan itu kembali,” katanya.
Dalam hal Pertumbuhan Ekonomi (PE) saat ini, lanjut Supardi, cenderung rendah dibandingkan rata-rata nasional. Pada tahun 2022-2023 diharapkan PE bisa mencapai lima persen, meski itu diluar RPJMD namun itulah yang Sumbar butuhkan. Dengan membaiknya PE maka akan berdampak pada tertekanya angka kemiskinan dan pengangguran.
Perlu kerja cerdas untuk ini, tidak hanya melibatkan pemerintah daerah dan DPRD, namun juga perantau-perantau minang yang duduk pada jajaran legislatif pusat untuk berupaya bagaimana menggaet APBN untuk kepentingan pembangunan Sumbar.
Dia mengatakan peran perantau sangat penting untuk Sumbar, namun dikarenakan adanya gate yang tercipta karena dinamika sosial, maka itu menjadi kendala optimalnya peran perantau.
Dengan semangat kebersamaan maka pupuk kembali semangat untuk membangun daerah.
” APBD Sumbar cukup rendah, maka tidak seharusnya kita bertumpu pada keuangan daerah, “katanya.
Dia mengatakan APBD Sumbar berada pada kisaran Rp 6,5 triliun, jika itu sebagai tumpuan utama, bisa apa kita. Dibutuhkan inovasi kepala daerah untuk mengoptimalkan pembangunan daerah, potensi-potensi lain harus dioptimalkan termasuk perantau, banyak perantau masih duduk pada tumpuk kekuasan DPRRI atau DPD RI manfaat peluang itu.
Sementara itu mantan Mendagri RI Gamawan Fauzi mengatakan pembangunan Sumbar tidak bisa terlepas dari pemerintah pusat. Hal itu tidak terlepas dari realisasi DAU dan DAK, pada tahun lalu ada APBN sebesar Rp 800 miliar tidak cair untuk Sumbar padahal daerah telah menyiapkan bentuk-bentuk program.
Menurutnya PE Sumbar dalam dua tahun terakhir tidak terlalu bagus, bahkan saat Sumbar pada taraf makmur PE hanya pada angka tujuh persen.
Dia meminta pemerintah untuk mengembalikan kejayaan sektor pendidikan Sumbar seperti masa lalu, begitupun dari pariwisata, jadikan itu sektor unggulan yang prioritas.
” lakukan efisiensi birokrasi, dengan pelayanan tetap optimal,” katanya.
Sementara itu tokoh Pers Sumbar
Basri Djabar merekomendasikan sejumlah hal perlunya pembangunan yg berkelanjutan dan melanjutkan kehebatan gubernur pada periode satu dan tiga 3 terdahulu dalam membangkitkan harga diri masyarakat Sumbar.
” Manfaatkan kewenangan yg ada untuk merangkul para pemimpin daerah dalam menggerakkan segala potensi yg ada untuk pembangunan sumbar,” katanya.
Di antara tokoh perantau asal Sumbar tersebut tampak hadir mantan menteri sosial Bachtiar Chamsyah, mantan menteri dalam negeri Gamawan Fauzi, mantan kapolda Sumbar Dasrul Lamsudin, Ketua LKAAM Fauzi Bahar, jurnalis senior Basril Djabar, pimpinan dan tenaga ahli DPRD, kepala-kepala OPD Pemprov Sumbar, serta tokoh-tokoh asal Sumbar lainnya.
Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi mengapresiasi inisiatif DPRD menggelar forum silaturahmi yang mengulas pembangunan Sumatra Barat tersebut.
“Pemerintah Provinsi Sumatra Barat selalu terbuka terhadap kritikan, karena kritik merupakan bukti rasa cinta terhadap Sumatra Barat. Namun, harapan kita tentu setelah kritikan ada solusi yang ditawarkan,” ujar Gubernur.
Terkait persoalan tol Padang-Pekanbaru, Gubernur menjelaskan pembebasan lahan ruas Padang-Sicincin hingga saat ini sudah lebih dari 60% dan prosesnya terus berjalan. Selain itu, ia juga menerangkan capaian realisasi indikator kinerja Pemerintah Provinsi Sumatra Barat dalam dua tahun terakhir.
Di antaranya indeks pembangunan manusia, gini ratio, pengentasan kemiskinan, dan penurunan pengangguran berkinerja cukup baik di atas rata-rata nasional. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri walau ekonomi pasca-Covid-19 pada tahun 2021 tumbuh 3.29%, melebihi target sebesar 3.24%, pertumbuhan tersebut masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional di angka 3.69%. Pun demikian dengan tol Padang-Pekanbaru yang pembangunannya membutuhkan percepatan.(***)
Padang,Lintas Media News.
Terkait Penerapan Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) 21,Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Wilayah Sumbar dan Jambi Sosialisasikannya Pada Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) progresif terhadap Penghasilan Pimpinan dan Anggota Dewan.Senin, (23/5/2022) di ruang sidang utama DPRD Sumbar.
Wakil Ketua DPRD Sumbar Irsyad Syafar mengatakan, jajaran Pimpinan dan Anggota Dewan terbantu dengan adanya Sosialisasi Tata Pemotongan PPh 21 bagi Penghasilan Pimpinan dan Anggota Dewan.
“Sosialisasi ini bagus, karena ini memang wajib dipatuhi oleh seluruh masyarakat termasuk Anggota Dewan yang merupakan bagian dari WP (Wajib Pajak). Melalui sosialisasi ini kita tahu harus berbuat apa dan harus apa dalam melaporkan pajak", kata Irsyad Syafar di Gedung DPRD Sumbar.
Hal senada juga diungkapkan Anggota DPRD Sumbar lainnya Asra Faber yang mengaku bahwa Sosialisasi Tata Cara Pemotongan PPh 21 setidaknya mempermudah Pimpinan dan Anggota Dewan dalam melaporkan besaran pajak yang akan berkontribusi bagi negara.
“Makanya dengan sosialiasi ini, kita bisa tahu apakah misalnya harus dibayarkan dengan APBD ataupun dengan pribadi. Jadi sosialisasi ini bagus dan mencari solusi bagaimana untuk pembayaran-pembayaran itu", ujar Asra Faber.
Berdasarkan informasi DJP Kemenkeu terhadap Sosialisasi Tarif Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri, penerapan pajak progresif dilatarbelakangi Pasal 17, Ayat 1, huruf a Undang - Undang Pajak Penghasilan (Perubahan terakhir UU 7/2021 HPP).
Dimana, aturan tersebut memuat lima klaster pajak progresif antara lain penghasilan kena pajak sampai dengan Rp50 juta dikenakan tarif 5 persen, diatas Rp 50 juta sampai Rp 250 juta dikenakan tarif 15 persen, diatas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta dikenakan tarif 25 persen, diatas Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar dikenakan tarif 30 persen, dan penghasilan diatas Rp 5 miliar dikenakan tarif progresif 35 persen.
Penghitungan tarif pajak progresif nantinya wajib dilaporkan Pimpinan dan Anggota Dewan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
Sementara itu, Kepala Seksi Peraturan Pemotongan dan Pemungutan PPH 1 Direktorat Peraturan Perpajakan Sumbar dan Riau Edy Suyanto berharap, Sosialisasi Penerapan Pemotongan PPh 21 bagi Pimpinan dan Anggota Dewan dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholder.
“Kami harap agar sosialisasi pemotongan PPh 21 dapat ditindaklanjuti dengan baik dan cermat. Sehingga dapat memperkuat kontribusi negara melalui sektor pajak yang dilakukan sesuai aturan", pungkas Edy Suyanto.(Sri)