Dharmasraya,Lintas Media News .com,(Khazanah)- memang 'jatuh tapai' kondisi kekinian para petani sawit Di Kabupaten Dharmasraya, Sumbar, sederet persoalan menimpanya mulai dari murahnya harga TBS, hingga sulitnya mencari toke untuk membeli TBS mereka.
Kondisi itu telah dirasakan petani sejak sepuluh hari menjelang hari raya, kini setelah lebaran, situasi serupa terulang lagi. Bahkan persolannya kian kompleks.
Belum nampak titik terang terurainya kemelut harga TBS, disilain peran pemirintah tak mampak jelas utuk menyelesaikan segudang pesolan yang menimpah rakyatnya.
Salah seorang petani sawit Suyono(47), menuturkan, dirinya tengah dalam situasi sulit, beragam soal yang ia tanggung.
"Pusing saya, begitu juga petani lain pening semua, punya kebun semestinya agak enak. Justru kebalikannya bikin kepala pening,"keluhnya.
Usai dipanen, katanya, rumit betul nak menjual TBS, tak ada yang mau membeli, mau bawak kepabrik antrean sampai satu hari, tidak sanggup pula bayar ongkos mobil angkutan.
"Tak ada Ram(timbangan) para toke yang mau membeli, mau ke pabrik berat diongkos, bisa-bisa habi biaya mobil saja,"ujarnya.
Terpisa, salah seorang pedagang pengepul TBS Dilla(29), mengatakan, kesulitan petani sama hal dengan dirinya.
"Sebenarnya kami para pedagang kasihan juga sama peti, bukan kami tak mau membeli, banyak hal yang jadi kendala utama, kami juga sulit untuk menjual ke Pabrik,"katanya.
Adapun kendalanya, diantaranya sulit menjual ke pabrik pengolah TBS, dan soal harg tak menentu juga, kemudian armada pengangkut juga terjebak antre di pabrik hingga berhari-hari.
"Sulit mengatakan tidak membeli sama petani, bagaimanapun kami pedagang butuh dengan petani, namun ditengah harga yang tak menentu ini kami selalu rugi, sejak bulan puasa kemaren sampai saat ini rasnya rugi terus,"keluhnya.
Dijelaskannya, soal harga pas pembelian dibeli sama petani dengan harga Rp2100 per kilogram, kemudian pas penjualan ke pabrik harga turun, sampai Rp200 per kilogram, penjualan penjual diharga Rp2000, maka terjadi kerugian seratus rupiah perkilogram.
"Dari pada rugi terus, mulai sejak bulan puasa sampai siap lebaran selalu rugi, mendingan stop dulu pembelian,"imbuhnya.(elda)