Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di SPH dr. Yoshida Nazar, Sp.OG

Padang, Lintas Media News

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari leher rahim (serviks). Serviks merupakan daerah yang menghubungkan rahim (uterus) dan vagina. 

Menurut data dari Kemenkes, Pada tahun 2019 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000 kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010. Sementara itu, berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia).

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Semen Padang Hospital (SPH) dr. Yoshida Nazar, Sp.OG mengungkapkan, kanker serviks terjadi saat sel normal di serviks berubah menjadi sel kanker. Sel-sel tersebut bisa berubah menjadi lesi serviks. Tumor yang ganas nantinya berkembang jadi penyebab kanker serviks. 

Biasanya, perubahan ini memakan waktu 10-15 tahun sampai terjadi kanker. Nama lain dari kanker ini yaitu kanker mulut rahim, cervical cancer, portio carcinoma, kanker leher rahim, dan karsinoma serviks. 

"Kanker ini sering kali masih bisa disembuhkan jika ditemukan sejak awal. Maka dari itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksinya melalui skrining dan menanganinya sebelum menjadi kanker serviks," ujarnya.

Penyebab kanker serviks lanjutnya, diketahui berasal dari virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Dijelaskannya, HPV sangat resisten terhadap panas dan proses pengeringan (desiccation). Penularan non seksual dapat juga terjadi, misalnya penggunaan bersama pakaian yang terkontaminasi dalam jangka waktu lama. Kemudian, kebanyakan infeksi HPV bisa bertahan selama 8 bulan dan kemudian menghilang. Namun sesudah 2 tahun, ditemukan sekitar 10 persen wanita masih membawa virus yang aktif dalam vagina dan serviks. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks seperti aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.

Dokter Yoshida menjelaskan, kanker serviks cenderung muncul pada umur 35–55 tahun (pada saat usia produktif). Bahkan menurut data medis, hingga 80 persen wanita akan terinfeksi oleh HPV sepanjang masa hidupnya. Serta, hingga 50 persen dari wanita akan terinfeksi oleh virus HPV yang dapat menyebabkan kanker sepanjang masa hidupnya. Kualitas hidup penderita kanker serviks sangat menderita, terutama saat penyakitnya kambuh, beban secara  psikologis, fisik dan material dan mengganggu kehidupan dalam keluarga. 

"Mengapa setiap wanita beresiko terkena kanker itu? Karena biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Mereka yang mengalami infeksi persisten jarang menunjukkan gejala pada stadium awal, dan biasanya berkembang menjadi kanker serviks beberapa tahun kemudian. Setelah infeksi HPV, tubuh kita tidak selalu dapat membentuk kekebalan, maka kita tidak terlindungi dari infeksi berikutnya. Karena itu penting untuk rutin memeriksakan diri agar tidak terlambat menyadarinya," jelasnya.
 
Sementara itu, gejala kanker serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas, bahkan ada kemungkinan gejala tidak muncul sama sekali. Sering kali, kemunculan gejala terjadi saat kanker sudah memasuki stadium akhir. Oleh karena itu, melakukan pap smear secara rutin sangat penting untuk ‘menangkap’ sel pra-kanker dan mencegah perkembangan kanker serviks. 

Nyeri panggul adalah salah satu gejala yang paling umum dari kanker serviks. Sayangnya, kanker serviks tahap awal biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau gejala sama sekali. Beberapa ciri-ciri kanker serviks tahap lanjut yang dapat dirasakan, antara lain:

- Perdarahan di luar periode menstruasi.
- Perdarahan setelah hubungan seksual.
- Perdarahan pasca-menopause.
- Sakit atau tidak nyaman selama hubungan seksual.
- Keputihan dengan bau yang kuat.
- Keputihan yang mengandung darah.
- Buang air kecil menjadi lebih sering.
- Bercak di urine hingga tidak dapat buang air kecil.

"Kanker Serviks yang diketahui telah berstadium lanjut dapat mengakibatkan kerugian bagi organ tubuh disekitarnya dan dapat menyebabkan kematian," jelasnya.

Di sisi lain, mengetahui tahapan kanker sedini penting untuk membantu pengidapnya dalam menentukan jenis perawatan yang paling efektif. Berikut ini tahapan-tahapan kanker serviks yang perlu diketahui:

Stadium 0. Sel-sel prakanker mulai muncul.
Stadium 1. Sel-sel kanker telah tumbuh dari permukaan ke jaringan yang lebih dalam dari serviks, dan mungkin ke dalam rahim dan ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium 2. Kanker sekarang telah bergerak melampaui serviks dan uterus, tetapi tidak sejauh dinding panggul atau bagian bawah vagina. Kanker dapat atau belum mempengaruhi kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium 3. Sel-sel kanker hadir di bagian bawah vagina atau dinding panggul dan mungkin menghalangi ureter, yaitu tabung yang membawa urine dari kandung kemih. 
Stadium 4. Kanker mempengaruhi kandung kemih atau rektum dan tumbuh keluar dari panggul. Pada tahap 4, kanker dapat menyebar ke organ yang jauh, termasuk hati, tulang, paru-paru, dan kelenjar getah bening.

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan penunjang/pemeriksaan klinik seperti tes pap smear. Dokter juga dapat melakukan tes lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada serviks jika tes pap smear menunjukkan malfungsi perubahan sel, seperti kolposkopi dan biopsi. Jika dokter menemukan adanya potensi kanker serviks, dokter kemudian akan memeriksa seberapa parah kondisi (tahap stadium) kanker. Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini.

- Pemeriksaan kondisi rahim, vagina , rektum, dan kemih apabila terdapat kanker.
- Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ kewanitaan, seperti tulang, darah dan ginjal.
- Tes pemindaian, yaitu dengan teknologi Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission tomography (PET) scan. Tujuan dari tes adalah mengidentifikasi tumor kanker dan apabila sel kanker telah menyebar (metastasis).

Lalu bagaimana cara mencegah kanker serviks? Ada dua cara yang dapat dilakukan yakni Pencegahan Primer yang terdiri dari Edukasi & Promosi serta Vaksinasi. Kemudian Pencegahan Sekunder yang dilakukan dengan tes IVA yang sangat sederhana, kemudian Pap Smear. Pencegahan primer melalui vaksin di rumah sakit. Diketahui pemberian vaksin yang dapat merangsang pembentukan antibodi dan dapat mencegah terjadinya infeksi HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 71 persen kasus kanker serviks. Sementara itu, Pap smear atau screening yakni dilakukannya pemeriksaan pada seluruh populasi yang di-screen untuk mendeteksi dini adanya kelainan di serviks. Pemeriksaan itu merupakan deteksi dini yang dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks, namun ini tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV. 

"Namun ini lebih baik lagi karena kanker serviks yang ditemukan pada stadium dini dan diobati dengan cepat dan tepat dapat disembuhkan.  Oleh sebab itu lakukan deteksi dini secara berkala," jelasnya.

Sementara itu, ia mengingatkan tentang bahayanya resiko dari menunda vaksinasi. Ia menjelaskan, menunda vaksinasi berarti menempatkan diri pada risiko terkena infeksi HPV 16 & 18 dan menunda kesempatan perlindungan yang dapat diberikan oleh vaksin. Hal ini karena setiap perempuan berisiko terkena infeksi HPV, yakni penyebab kanker serviks dalam masa hidupnya, tanpa memandang usia dan bagaimana gaya hidupnya.

"Pemberian vaksin untuk kanker serviks dilakukan tiga kali dalam waktu yang berbeda. Di SPH, kita bisa menerima pasien untuk suntik vaksin kanker serviks. Selain itu, kita juga bisa melakukan pap smear atau skrining guna menghindari resiko terkena kanker serviks. Vaksinasi dengan skrining bersama-sama dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif," katanya.

Dokter Yoshida mengimbau kepada setiap perempuan untuk lebih peduli tarhadap dirinya sendiri. Jangan abai untuk memeriksakan diri ke rumah sakit guna melakukan skrining dan vaksinasi untuk kanker serviks. "Lebih baik kita mencegah daripada menyesal jika sudah terlambat," imbaunya. (*/b/hms)
 
Top