Pd, Panjang.Lintas Media.News.com.
Hidup segan mati pun tidak Tido. Itulah, kondisi angkutan pedesan Padang Panjang, Batipuah X Koto, yang setia melayani rute Padang Panjang - Bukit Tinggi, Padang Panjang - Pandai Sikek dan Koto Laweh, Padang Panjang - Batu Taba dam beberapa jurusan pedesaan lainya.
Berbicara moda Transportasi, tentu kita bicara nyaman dan keamanan. Bila moda transportasi nyaman dan aman, tentu akan dinaiki orang. Bila, dua hal tersebut tidak didapatkan, yakinlah moda transportasi semacam itu bakal ditinggalkan masyarakat. Nyaris, kondisi rata rata semua angkuran pedesaan yang saban hari melayani rute tersebut, kondusi kendaraanya jauh dari kata layak. Apalagi, kita berbicara aman dan nyaman.
PERIHNYA, kondisi kendaraan yang tidak layak jalan. Parahnya, rata rata kendaraan tang masih beroperasi sekarang, tahun pengeluaran kebanyakan buatan tahun 80 an. Bagaimana, mau dikatakan layak, dari segi tahun pembuatanya saja sudah kadaluarsa untuk sebuah angkutan penumpang.
Contoh kongkritnya, angkutan pedesaan yang melayani Rute Padang Panjang - Pasar Rabaa. Nyaris, kondisi mobilnya sangat jauh untuk kata layak. Rata rata, dari kendaraan yang ada sekarang, tahun pembuatanya tidak seberapa yang buatan tahun 90 an. Artinya, pabrik perakitan moda transportasi yang masih jalan. Mungkin, di Indonesia sudah tidak ada lagi. Apalagi di negara asalnya Jepang.
Untuk, mengembalikan keyaan angkutan pedesaan pada era 80 sampai 90 an, memang butuh kerja keras bagi pemilik angkutan maupun yang angkutan bernau dibawah bendera Koperasi Angkutan. Bila tidak, yakinlah kejayaan angkutan pedesaan bakal tinggal nama dan anak cucu kita akan kehilangan sejarah. Dimana, pada masa era 70 an sampai era 90 Padang Paniang, Batipuah X Koto punya mida transportasi yang aman dan nyaman. Hal tersebut dikatakan, Ridwan, St. Panduko salah seorang pemilik angkuran pedesaan yang sudah malang melintang dalam dunia angkutan, bincang bincang dengan LintasMedia.News.com
Kembali kita kemasa keemasan angkutan pedesaan tahun 80 an. Rata rata, pemilik kendaraan termasuk orang terpadang dimata masyarakat. Artinya, memiliki satu atau dua unit mobil tambang(mobil angkutan) kesan segan orang kepada pemilik kendaraan tergolong tinggi. Apalagi, masa itu bisa memiliki banyak kendaraan, gengsi kura sebagai induk semang laksana pejabat gedean.
Sekarang, masa keemasan itu telah lewat dan untuk meraihnya butuh, uang, tenaga, pikiran dan kepedulian pemerintah untuk jelimet melihat penomena yang sudah baku ini.
Artinya, para pemilik kendaraan atau induak samang, harus punya pola pikur baru berani dalam mengambil sikap akan kelangsungan hidup transpotasinya untuk kedepan. Jika, bertahan dengan pola usang tang sudah berkarat ini, satu atau dua tahun kedepan angkutan pedesaan akan mati total.
Mumpung, masih mati suri. Mari, bersama sama kita cari jalan keluar yang baik dari persoalan yang ada. Para indukak Samang dan pengelola koperasi angkututan, mulai dari sekarang harus berani melakukan lobi lobi kepada pihak ketiga. Atau katakanlah, mengajukan kredit ringan malalui Bank.
Sebenarnya, wacana pengajuan kredit ke Bank, bukan lagi barang baru. Jauh jauh hari, sebelum kondisi angkutan pedesaan ini mati suri, wacana ini sudah diapungkan. Namun, semangat kebersamaan dan keraguan lebih mendominan, jadi rencana untuk peremajaan kendaraan tinggal mimpi yang tidak berkesudahan, ujar Ridwan.
Kita berkeyakinan betul, melihat kondisi kendaraan yang ada. Paling paling, dapat bertahan satu atau dua tahun lagi. Disamping, biaya operasional yang tinggi, ditambah kondisi kendaraan yang rata rata sudah keropos. Tentu, untuk mendandaninya butuh biaya yang tieai sedikiit. Disisi lain, penghasilan sehari hari tidak mencukupi untuk mendandani kendaraan dari kerusakan.
Bukan pesimis. Namun, kenyataan susungguhnya melihatkan sebuah kebenaran. Semasa jayanya, angkutan yang melayani semua rute diatas, menjadi primadona bagi banyak kalangan. Untuk, kalangan anak sekolah punya mobil langgananya. Kalangan menengah keatas atau pegawai negeri punya mobil pilihan sendiri.
Bicara gengsi, para Sopir angkutan pedesaan dan angkutan kota masa itu menjadi rebutan para gadis gadis tempo dulu. Masa itu, penghasilan para sopir era ditahun 80 sampai 90 diatas rata rata. Makanya, waktu itu para sopir banyak jadi rebutan kaum hawa. Sekarang, zaman sudah berganti, teknologi mengalahkan segalanya. Begitu juga angkutan, kalah bersang dengan angkutan yang ber Aplikasi dan ojek yang menjamur, tukuk Ridwan dengan mimik miris.
Berharap suasana ini dapat pulih kembali, tentu sangat diharapkan. Campur tangan pemerintah, Ketua Organda, Koperasi harus melihanya sebagai penomena yang harus ducarikan cepat solusisinya. Bila tidak, segala jenis angkutan ini akan tinggal nama. Bila, tidak dilakukan peremajaan secepatnya, harap Ridwan yang populer dipanggil Abang Ajo Ketek.(maisonpisano)