Sawahlunto.Lintas Media News.
Bukan cuma para pekerja harian di sektor informal saja yang sangat terdampak wabah Covid-19 secara perekonomian, para pegawai status honorer pun turut merasakannya. Mereka tidak terekspos di media, seperti halnya para pengemudi ojek online, pedagang asongan ataupun buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja. Namun bukan berarti mereka tidak merasa terhimpit di masa-masa sulit ini.

Ali Yusuf Tokoh Masyarakat Kota Sawahlunto menilai, tenaga honorer, guru honorer dan pegawai sukarela sangat pantas untuk mendapatkan bantuan pengaman sosial akibat dampak COVID-19 dari pemerintah.  “Setelah adanya imbauan untuk tidak berkegiatan di luar rumah kecuali jika ada kebutuhan darurat, sekolah-sekolah diliburkan. Siswa-siswi belajar di rumah. Alhasil, para tenaga honorer, guru honorer dan pegawai sukarela yang biasanya menambah penghasilan dari kerja sampingan seperti menjadi tukang ojek dan berjualan tapi sekarang harus tetap tinggal dirumah,” kata Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto periode 2013-2018, melalui telepon selulernya, Selasa (5/5).

“Sangat manusiawi jika para tenaga honorer, guru honorer dan pegawai sukarela diperhatikan karena pendapatan mereka belum bisa dikatakan memadai. Banyak di antara mereka yang hidup dalam kondisi prasejahtera dan tak memiliki penghasilan lain. Kalaupun mereka punya usaha sampingan, melemahnya ekonomi masyarakat tentu berpengaruh pada usaha tersebut,” ujar Ali Yusuf, Ketua DPD Partai Golkar Kota Sawahlunto.

Menurut Ali, jika kondisi darurat pandemi COVID-19 ini terjadi berbulan-bulan bagaimana para tenaga honorer guru honorer dan pegawai sukarela bisa membiayai kehidupannya beserta keluarga? Apalagi, sekarang bulan Ramadhan. Tentu ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga mereka. “Saya berharap Pemerintah Kota Sawahlunto mempertimbangkannya,” harap Ali.

Sementara,Hengki salah seorang suami dari pengawai honorer merasakan beratnya beban hidup sejak adanya pandemi COVID-19 karena seluruh proyek pemerintah tidak ada yang berjalan. “Sekarang biaya hidup keluarga hanya tertumpu dengan gaji Istri (Rp 1.000.000,-/bulan) sebagai pengawai  honorer. Selama ini saya bekerja di proyek infrastruktur pemerintah namun sekarang harus tetap tinggal dirumah tanpa ada pemasukan sama sekali,”  ujar Hengki.

Menurut Hengki, bantuan pemerintah sangat banyak namun keluarganya tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan pangan seperti beras, minyak goreng, gula dan berbagai kebutuhan pokok lainnya karena istrinya berstatus pegawai honorer. “Semoga pandemi ini segera berakhir dan proyek pemerintah segera berjalan sehingga saya tak perlu cemas akan ketiadaan makanan untuk sahur dan berbuka puasa”. (Nova)




 
Top